Rabu, 19 Juli 2017

PABRIK-PABRIK GULA DI TANAH MATARAM YOGYAKARTA

          Jogjakarta sebagai salah satu propinsi di Indonesia yang terkenal dengan julukan Kota Pelajar dan Kota Budaya ternyata menyimpan banyak sejarah masa lalu yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum atau bahkan masyarakat Jogjakarta itu sendiri. Salah satu sejarah yang luput dari pandangan publik yakni mengenai sejarah perkembangan industri gula di propinsi tersebut.
Mungkin sebagian besar masyarakat Yogyakarta jika ditanya pabrik gula apa yang pernah berdiri di wilayah Yogyakarta?, mereka pasti akan menjawab Pabrik Gula Madukismo. Jawaban tersebut kurang tepat namun bisa dimaklumi. Kurang tepat karena jumlah pabrik gula yang pernah berdiri di wilayah Yogyakarta sebenarnya berjumlah 19 pabrik. Akan tetapi saat ini dari 19 pabrik gula tersebut hanya satu pabrik gula saja yang masih aktif memproduksi gula, yakni PG Madukismo baru. Itulah alasan mengapa masyarakat Yogyakarta hanya mengetahui PG Madukismo sebagai satu-satunya pabrik gula yang pernah berdiri diwilayah Jogja.
Perkembangan industri gula di Yogyakarta dimulai pada tahun 1870-an dimana pemerintah Hindia Belanda mulai mengesahkan Agrarische Wet dimana adanya keterbukaan pihak swasta bagi perekonomian kolonial. Melalui undang-undang tersebut banyak pengusaha swasta yang melakukan penanaman modal diwilayah Hindia Belanda. Penanaman modal tersebut sebagian besar dilakukan disektor pertanian dan perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dipasar internasional. Wilayah Surakarta dan Yogyakarta yang memiliki tanah yang subur ikut menikmati perkembangan industri perkebunan tersebut dengan komoditi unggulannya adalah tanaman tebu. Maka tak ayal jika diwilayah Surakarta sendiri tak kurang ada 17 pabrik gula yang pernah berdiri yang tersebar dari Kabupaten Sragen hingga Kabupaten Klaten.
Yogyakartapun juga tak mau ketinggalan, kurang lebih ada 19 pabrik gula yang pernah berdiri diwilayah ini. Pabrik gula tersebut diantaranya adalah:
1.      PG Medari
2.      PG Cebongan
3.      PG Sewugalur
4.      PG Gesikan
5.      PG Bantul
6.      PG Gondanglipuro
7.      PG Barongan
8.      PG Padokan
9.      PG Demakijo
10.  PG Rewulu
11.  PG Sedayu
12.  PG Klaci
13.  PG Sendangpitu
14.  PG Kedaton plered
15.  PG Pundong
16.  PG Kalasan
17.  PG Randugunting
18.  PG Wonocatur
19.  PG Beran

Dari 19 pabrik gula diatas, hanya satu pabrik gula saja yang masih berdiri yakni PG Madukismo Baru yang kini menempati bekas Pabrik Gula Padokan. PG Madukismo saat ini menjadi satu-satunya pabrik gula diwilayah Yogyakarta yang masih aktif memproduksi gula.
Nasib dari 19 pabrik gula di Yogyakarta semuanya bisa dikatakan tragis. Tragis karena tak satupun dari kesembilan belas pabrik gula tersebut yang masih aktif menghasilkan kristal gula. Bahkan banyak dari 19 pabrik gula diatas yang telah hancur bangunannya bahkan tidak menyisakan jejak sama sekali. Beberapa pabrik gula yang masih meninggalkan jejak peninggalan diantaranya adalah:
1.      PG Medari
2.      PG Sewugalur
3.      PG Kalasan
4.      PG Wonocatur
5.      PG Randugunting
6.      PG Gondanglipuro

Hancurnya industry gula dan pabrik-pabrik gula diwilayah Yogyakarta diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah krisis ekonomi yang terjadi ditahun 1930 atau yang dikenal sebagai krisis malaise. Akibat krisis ekonomi hebat tersebut harga komoditi ekspor dipasaran anjlok termasuk gula yang merupakan salah satu komoditi unggulan kala itu.
Guna menekan semakin turunnya harga gula dipasaran maka pemerintah kolonial waktu itu memberlakukan pengurangan ekspor gula dipasar internasional. Akibatnya banyak pabrik gula yang mengurangi jumlah produksi bahkan ada pabrik gula yang terpaksa ditutup guna menghindari kerugian yang lebih besar. Dari 19 pabrik gula di Yogyakarta, tercatat hanya tujuh saja yang masih beroperasi.
Selain faktor krisis ekonomi di tahun 1930-an, faktor lain yang menyebabkan hancurnya industri gula di Yogyakarta adalah invasi Jepang ke Indonesia yang dimulai tahun 1942. Kala itu semua pabrik gula yang masih tersisa diambil alih oleh tentara Jepang dan pascakemerdekaan hanya menyisakan empat pabrik gula saja.
Masalah tidak berhenti sampai disitu, saat terjadi agresi militer Belanda II yang terjadi pada tahun 1949, pabrik gula yang tersisa tersebut dibumihanguskan sebagai taktik para pejuang kemerdekaan agar bangunan pabrik tidak dimanfaatkan oleh tentara Belanda. Hal ini merupakan akhir dari nasib pabrik-pabrik gula di Yogyakarta.
 Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebagai bangsa yang besar maka sepatutnya kita tidak melupakan sejarah bangsa ini termasuk sejarah panjang perjalanan industri gula di Indonesia. Sebagai Negara yang pernah menjadi pengeksor gula terbesar ke dua didunia, patutlah kita belajar dari sejarah agar predikat tersebut bisa kita sandang lagi suatu hari nanti.


Peta Persebaran Pabrik Gula di Yogyakarta

Sumber: Universiteit Leiden

Pabrik Gula Randu Gunting
Sumber: kitlv.nl

Aktivitas di Pabrik Gula Bantul
Sumber: kitlv.nl

Bekas Dudukan Cerobong Pabrik Gula Randu Gunting




Tidak ada komentar:

Posting Komentar